Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, Prof. Muhammad Ali Ramdhani, menegaskan bahwa menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kemenag bukanlah hal yang mudah.
Menurutnya, proses seleksi yang ketat telah dilalui dengan penuh perjuangan, sehingga setiap calon ASN perlu memaknai Pelatihan Dasar (Latsar) sebagai momentum strategis untuk memperkuat kapasitas, integritas, serta komitmen pelayanan publik, terutama di sektor keagamaan dan pendidikan.
“Latsar ini adalah langkah awal kita semua untuk menjadi pelayan masyarakat yang berkualitas. Ikuti prosesnya dengan serius agar kelak menjadi ASN yang benar-benar memberi kontribusi nyata,” ujar Kang Dhani—sapaan akrabnya—saat memberikan pembekalan kepada peserta Latsar CPNS 2025 dari Balai Diklat Keagamaan (BDK) Manado dan Provinsi Aceh melalui Zoom Meeting, Selasa (22/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa BMBPSDM memiliki mandat untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia di lingkungan Kemenag. Mandat ini sejalan dengan arah kebijakan nasional hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag, yang mengusung visi lima tahunan 2025–2029 bertajuk “Ikhlas Beramal, Kemenag Berdampak.”
Lebih lanjut, Kang Dhani mengingatkan bahwa ASN Kemenag harus mampu melampaui peran administratif semata. Mereka dituntut hadir secara aktif di tengah masyarakat dengan membawa solusi, menciptakan kesejahteraan, dan mendorong perubahan yang konstruktif. Hal ini selaras dengan semangat program nasional Asta Cita yang mengusung tiga nilai utama: kerukunan, kemaslahatan, dan kecerdasan masyarakat.
Dalam paparannya, ia juga menyinggung pentingnya Trilogi Kerukunan, yakni membangun harmoni dalam tiga ranah: hubungan manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan antara manusia dengan alam. Kemenag, kata dia, tengah mengembangkan konsep Ekoteologi sebagai wujud kepedulian terhadap isu lingkungan hidup yang semakin mendesak.
“Trilogi ini merupakan fondasi utama pembangunan. Tanpa kerukunan, pembangunan tidak akan berjalan maksimal. Maka ASN Kemenag harus tampil sebagai teolog kerukunan yang merawat keharmonisan umat, baik internal maupun antaragama, serta relasi umat dengan negara,” ujarnya.
Terkait aspek kemaslahatan, Kang Dhani mengingatkan bahwa kesejahteraan sejati tidak hanya dinilai dari aspek materi, tetapi juga dari kebermanfaatannya bagi masyarakat luas. Sementara itu, dalam membangun masyarakat cerdas, ia menekankan pentingnya pendidikan agama yang kontekstual, aplikatif, dan sarat dengan nilai spiritual.
Ia juga menggarisbawahi bahwa pelatihan ASN tidak boleh berhenti pada transfer pengetahuan semata, tetapi harus mencakup pengembangan keterampilan dan pembentukan sikap. Ketiga aspek ini, menurutnya, menjadi landasan bagi terwujudnya kecerdasan yang holistik—mencakup kecerdasan intelektual, emosional, fisik, sosial, hingga spiritual.
“Jangan ambil keputusan saat sedang marah, karena saat itu separuh kecerdasan kita hilang. ASN Kemenag harus memiliki kecerdasan paripurna yang menyentuh hati nurani dan melahirkan pelayanan yang tulus,” pesannya.
Mengakhiri arahannya, Kang Dhani menegaskan komitmen Kemenag untuk membentuk ASN yang unggul melalui penguatan kapasitas SDM, peningkatan kompetensi, dan pembinaan karakter mulia.
“Kita ingin melahirkan ASN Kemenag yang ikhlas, berdampak, dan mampu mendorong perubahan menuju bangsa yang harmonis, sejahtera, dan berilmu. Oleh sebab itu, ikutilah Latsar ini dengan sepenuh hati,” pungkasnya.