Gelar Kick Off Jalantara, Nahdlatut Turots Hadirkan Pembacaan Karya Ulama Legendaris

Nahdlatut Turots resmi memulai rangkaian kegiatan Jelajah Turots Nusantara (Jalantara) melalui acara pembacaan kitab Fathul Aliyyil Karim karya Syekh Abdul Hamid Kudus dan menghadirkan sejumlah ulama terkemuka dari Nahdlatul Ulama (NU) maupun tokoh internasional yang digelar di pelataran Menara Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada Minggu malam (13/7/2025).

Pembacaan kitab diawali oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, kemudian dilanjutkan secara bergiliran oleh Rais Syuriyah PBNU KH Muhibbul Aman Aly, Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh, serta tokoh-tokoh lain seperti Habib Achmad Edrus Al Habsyi, Syekh Syadi Arbash, dan KH Munir Abdillah.

Dalam sambutannya, KH Miftachul Akhyar menyampaikan rasa bangganya atas warisan intelektual yang ditinggalkan oleh Syekh Abdul Hamid Kudus. Ia menyebut tokoh asal Kudus itu sebagai sosok ulama besar dengan keluasan ilmu, selain penulis Fathul Aliyyil Karim, juga dikenal lewat karya monumental lain seperti Tanzun Najah wa Surur, kitab doa yang banyak digunakan di pesantren-pesantren di Indonesia.

“Kita perlu meneladani dan menghayati jejak para ulama terdahulu seperti Syekh Abdul Hamid Kudus. Semoga dari ruangan ini akan lahir kembali ulama besar Nusantara yang akan meneruskan perjuangannya,” tutur Kiai Miftach.

Sementara itu, KH Zulfa Mustofa menjelaskan bahwa Nahdlatut Turots bukanlah lembaga formal di bawah PBNU, namun gerakannya telah menyebar secara masif ke pesantren-pesantren NU sejak sebelum Muktamar Ke-34 di Lampung pada 2021.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa program Jalantara akan digelar secara berkelanjutan di berbagai wilayah Nusantara. Setelah Kudus, kegiatan serupa akan digelar di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB. Di setiap titik, akan dibahas kitab-kitab karya ulama lokal yang seringkali disebut sebagai “ulama Jawa”.

“Tim Nahdlatut Turots Kudus di bawah pimpinan Gus Nanal Ainal Fauz berhasil menghimpun karya-karya ulama Kudus. Meski Syekh Abdul Hamid Kudus lahir di Mekkah, kakeknya merupakan orang Jawa asli, bukan dari keturunan Ba’alawi,” jelas Kiai Zulfa, mengutip pesan dari Syekh Syadi yang menekankan pentingnya identitas lokal tersebut.

Kiai Zulfa juga menjelaskan bahwa menurut kitab Irsyadul Muhtadi, kakek Syekh Abdul Hamid pernah menjadi khatib di Masjid Menara Kudus, menandakan keterikatan kuat dengan tradisi keislaman lokal. Syekh Abdul Hamid sendiri lahir pada tahun 1860 dan hidup sezaman dengan ulama-ulama besar seperti KH Raden Asnawi dan Syekh Mahfudz Al-Tarmasi. Selama tiga tahun terakhir, tim Nahdlatut Turots telah berhasil menghimpun sekitar 21 karya tulis beliau, beberapa di antaranya bahkan berukuran tiga kali lebih besar dari kitab pada umumnya.

“Melihat respons publik di media sosial, banyak yang memuji kegiatan ini sebagai representasi asli Nahdlatul Ulama—organisasi yang menjadikan ilmu sebagai pondasi kemuliaan Islam,” tutup Kiai Zulfa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *